Secara fungsi, pelumas memiliki peran yang sama, mesin motor manual memiliki gearbox dan kopling yang menyatu dengan blok mesin, sehingga pelumas untuk mesin motor konvensional harus bisa melumasi mesin tanpa merusak komponen gearbox, terlebih kopling, karena kalau terlalu licin, kopling dapat selip dan mengakibatkan terbakar. Pelumas mobil secara umum tidak dapat melumasi kopling, sehingga sangat tidak cocok digunakan kepada mesin motor konvensional.
Mesin motor matic memiliki gearbox dan kopling terpisah dari blok mesin, sehingga pelumas hanya melumasi mesin saja, tanpa melumasi gearbox dan juga kopling. Hal ini sama dengan karakteristik mesin mobil yang memiliki kopling dan gearbox terpisah.
Perbedaan selanjutnya adalah antar mesin mobil dan mesin motor adalah suhu operasional, putaran mesin operasional,volume mesin dan kapasitas pelumas, serta daya kerja operasional. Secara teoritis, suhu operasional mesin motor lebih tinggi daripada suhu operasional mesin mobil karena absennya pendinginan stabil, atau radiator pada mesin motor, meski beberapa jenis motor sudah mengadopsi radiator, tetapi terkadang hal ini sering dilupakan para pemilik, sehingga fungsinya tidak optimal.
Selanjutnya adalah putaran mesin operasional motor lebih tinggi daripada mobil, tentu saja, mesin mobil memiliki lebih dari 1 silinder dengan kapasitas minimal 250cc per silinder, sehingga untuk menjalankan mobil tidak diperlukan tenaga putaran tinggi. Semakin banyak dan semakin tinggi kapasitas mesin, maka putaran operasionalnya makin rendah. Mobil bisa berjalan 100 Kmh dengan RPM hanya 2,500 RPM, sementara motor membutuhkan lebih dari 5,000 RPM untuk berjalan pada 100 Kmh. Tetapi perlu diperhitungkan, mobil berjalan 2,500 RPM dengan kondisi Long Stroke sementara motor berjalan 5,000 RPM dengan kondisi Short Stroke ingat pelumas bekerja untuk melumasi dinding silinder, piston, crankshaft, dan valve train, meski secara teoritis beban mobil terkesan ringan, tetapi secara volumetrik pelumasan lebih besar mobil berkali-kali lipat. Dan oleh sebab itu bisa dipastikan bahwa oli untuk mobil harus lebih baik daripada oli motor.
Ilustrasi: sebuah mobil dengan kapasitas mesin 3,500cc dan berat 2,200 Kg (1997 BMW E38 735iL) berjalan dengan kecepatan 160 Kmh hanya dengan 4,100 RPM di Tachometer.
Selanjutnya adalah volume mesin dan juga kapasitas pelumas. Dalam mobil berukuran mesin 1,000cc sampai 2,000 cc biasanya menggunakan 4 – 5 liter pelumas, itu berarti untuk dibutuhkan 2.5 mL pelumas untuk setiap cc mesinnya, sementara motor dengan kapasitas 100 cc – 125 cc membutuhkan pelumas 0.8 L, sehingga mesin motor membutuhkan 6.4 mL pelumas untuk setiap cc mesinnya. Hal tersebut tentu saja berpengaruh kepada tingkat retensi terhadap asam yang akan membuat pelumas cepat rusak. Secara rasio, seharusnya oli motor memiliki volumetrik lebih besar, dan itu berarti kerjanya lebih ringan dibandingkan mobil, apabila kita mengabaikan proses pelepasan panas.
Beban kerja sebenarnya tidak relevan apabila kita membandingkan motor dengan mobil, tetapi bisa kita jadikan acuan, bahwa kerja motor tidak seberat yang kita bayangkan.
- Motor, Beban: 150 Kg | Kapasitas Silinder: 110 cc | Ratio Silinder/Beban = 0.733 (Paling ringan)
- Mobil, Beban: 2,000 Kg | Kapasitas Silinder: 1,300 cc | Ratio Silinder/Beban = 0.65 (Moderate)
- Truk, Beban: 20,000 Kg | Kapasitas Silinder: 8,000 cc | Ratio Silinder/Beban = 0.4 (Paling berat)
Asumsi semua kendaraan di atas di hitung termasuk pengemudi dan penumpang penuh, dari hitungan tidak relevan di atas, kita bisa simpulkan truk memiliki ratio paling berat dan motor paling ringan, sementara mobil tidak seberapa berat dibandingkan dengan truk. Ini acuan sederhana saja, sementara hitungan aslinya lebih rumit, tetapi bisa disimpulkan bahwa oli mereka bisa saling digunakan bergantian, ya bisa saling pakai tetapi memiliki limit masing-masing.
sumber : kaskus
No comments:
Post a Comment